puisi 

Puisi-puisi Iwan Setiawan

Iwan Setiawan, kelahiran Kotabumi, Lampung Utara 23 Agustus1980, kini berdomisili di kota Lubuk Begalung, Padang Sumatra Barat. Pernah tergabung dalam antologi 55 penyair coretan dinding kita, 30 penyair sastra roemah bamboe, dan 3 penyair ilalang muda, dan Seutas Tali & Segelas Anggur (2017) dan masuk sebagai kategori Puisi Terpuji Anugrah Sastra Litera.

 

Perempuan dari Masa Lalu

 

pada kelopak waktu yang terlupa
ada setangkai mawar merona
dari keharumannya kutangkap
seuntai senyum yang membuat aku tertegun
aku lepas kata demi kata
untuk terus memuja
perempuan yang kuanggap jelita
o,
bulan yang tinggal dalam cupu malam
jika kau datang nanti
lukislah dia dalam pandang mataku
sebagai bayang-bayang cinta
sebab beberapa hari ini
diam-diam aku tebarkan benih rasa
untuk mencintainya
sudah kuhafal surat-surat
dalam gelas minuman rindu
untuk menuangkan kasih asmara
dalam setiap tegukan syahdu
aku ingin mengenalnya lebih dalam
sedalam hujan yang menembus khayalan
sebab gundah tak bisa kuhalang
pada wajahnya
mataku tersipu menyapa
coba pahami makna dalam setiap geraknya
adakah yang tersimpan untuk menyemai benih cintai ini

padang, 2016

 

 

Cinta Seberang Lautan

puisi untuk aresyah sofea

 

di dada waktu
rindu mengalir bagai anak sungai
kata-kata yang menjelaskan rasa
menempuh dalam sebuah perjalanan penuh makna
hembus napas mengejar jalang
pada seraut wajah menawan
aku baca semua senyum dalam bibirmu
tak mampu kubendung gelora untuk mencintaimu
dengan segala kata-kata
angin dan ranting kurangkai sebagai irama
untuk menyusun cinta yang kusuguhkan ke dalam hatimu
kutulis bayang-bayang indahmu
dalam keremangan malam
bersama kabut dan hujan
aku telah menjadi lelaki yang mengagumimu
lamunanku terkepung
oleh senyum dan kecantikan wajahmu
tak bisa kuingkari lagi dahsyatnya
rasa ini
tarian-tarian kata yang terucap dari bibirmu
selalu melekat dalam detak jantungku
setiap detiknya aroma ranum tubuhmu
selalu kuukir sebagai bahasa cinta yang fasih kuhafal
o, sofea
perempuan melayu yang kukenal dalam ingatan
telah kuresapi irama-irama mantra dalam sajak-sajakku ini
bait demi baitnya terus mengumpulkan senyummu
mampukah aku menghafalmu lebih dalam
di sini, selain angin, laut, ombak, karang dan badai
telah kutitipkan juga segala cintaku
kepada sajak, puisi , syair dan lagu
untuk terus mengenangmu
sebagai perempuan yang kukagumi

Kinabalu, 2016

 

 

Kau dan Hujan
untuk perempuan yang kupanggil ana

 

aku mengenalmu lewat hujan
saat mataku membaca tangismu
ada sebuah kata
tentang kesunyian yang mengalir
dalam bulir air matamu itu
perlahan kau mulai mencintai diam
sebagai kawan dalam kesendirian
daun-daun merenung dingin
tertunduk sendu bersama hening
segelintir angin kutangkap
semakin keras menghujam pada hujan
hingga terbias serupa wajah
dalam senyum perih itu
adakah kau mampu bertahan dalam sunyi
hampir kupahami sakitmu di redanya hujan ini
namun kabut itu telah menggiringku
ke atas bukit hitam yang tebingnya begitu terjal
hingga aku terjebak di dalamnya
lalu hujan itu tumbuh kembali
menyemai gerimis menjadi badai
menghantam semakin kelam
merenggut tubuhmu hingga terpendam
lalu kau hilang bersama gemuruh
dan aku semakin menyimpan dendam
pada kepasrahan ini

padang, 2016

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

eleven + twelve =